Keyakinan bisa muncul karena adanya pengetahuan. Sedangkan pengetahuan itu munculnya dari pikiran. Maka jika kemudian keyakinan itu diuji dengan kejadian yang diluar pikiran,, benarkah keyakinan itu masih akan ada..?

Keyakinan sampeyan kepada gusti cuma sekedar pengen cari untung,, pengen cari slamet dan enak dengan cara dan versi sampeyan sendiri.. sehingga keyakinan sampeyan hanya dibatasi pada sesuatu yang bisa sampeyan mengerti..

Le, coba renungi kembali kenapa gusti allah memberi contoh peristiwa nabi musa yang ketika sudah terdesak disuruh memukulkan tongkatnya kelautan..bukankah dalam kondisi terdesak, nabi musa tidak akan mempertanyakan secara logika apa gunanya hanya sekedar memukulkan tongkatnya kelautan..?

dan apa pula persambungannya dengan kisah sebelumnya yaitu pertemuannya dengan nabi khidir dan kemudian beliau banyak mempertanyakan banyak hal padahal sebelumnya sudah diminta bersabar dan akan pasti akan diberikan jawaban pada akhirnya..?
Apakah nabi musa tidak yakin dengan perkataan nabi khidir sehingga pada akhirnya bersegera dalam mempertanyakan dan meminta jawaban tentang ketidak tahuannya..?

Bukankah itu sebuah contoh nyata bagaimana keyakinan itu diuji..bagaimana perbedaan jeda waktu yang ada, dimana yang satu memungkinkan godaan pikiran mengganggu dan yang satu lagi sudah tidak ada kesempatan untuk berfikir dan “terpaksa” untuk percaya saja dan kemudian melakukannya..?

Jadi, ketika gusti menginformasikan kepada sampeyan bahwa dengan terpaksa ataupun sukarela sampeyan kembali, sebenarnya semua itu terkait dengan seberapa besar keyakinan sampeyan bukan..?

#Togogisme
#jamaahUDUDiyah